Bangkok kota macet, Jakarta kota emas
Dulu aku masih bisa berbangga hati dengan "Soekarno-Hatta International Airport" yang kita miliki, sebuah bandara yang bernuansa kultural, joglo.. megah.... artistik.... bersih... bebas dari ojek lagi, dengan kurs dollar yang pada waktu itu masih sekitar Rp. 2.600,- per US dollar membuat harga-harga souvenir-souvenir lucu di Bangkok menjadi relatif lebih murah dibanding dengan di Jakarta.
Namun kini aku hanya bisa berdecak kagum dan iri betapa indah dan pesa
tnya pembangunan kota Bangkok. Jalan-jalan yang kokoh bertingkat tanpa lobang telah menghiasi kesibukan kota.. Tidak hanya jalanan untuk kendaraan roda empat saja , tapi jalur rel kereta api pun telah tersusun bertingkat 2 di atas tanah, dan dua tingkat ke bawah tanah, sehingga dapat mengurangi kemacetan Bangkok yang dahulu selalu menjadi ciri khasnya, ”Bangkok Kota Macet”. Masya Allah, Kendaraan air pun bisa leluasa mengarungi sungai di tengah-tengah kota, sungguh mengagumkan.
Namun kini aku hanya bisa berdecak kagum dan iri betapa indah dan pesa
Betapa tidak, Kota Bangkok yang dulunya berkiblat kepada keindahan Jakarta, kini mereka telah melangkah di depan kita.
Sampai kini, aku hanya bisa berharap, kapan Jakarta-ku menjadi kota yang bebas, bebas dari banjir, bebas dari macet, bebas dari sampah, bebas dari ketidak acuhan, bebas dari ketidak disiplinan, bebas dari tilang, bebas dari kejahatan, bebas ... bebas ...bebas....!
Kapan kereta monora
Semoga jakarta segera bangun dari mimpi-mimpinya dan bersolek untuk kembali melambung tinggi setinggi tugu Monas-ku yang berlapis emas. Amien.
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home